KOTA GAZA-- Rombongan umrah plus Gaza asal yang berjumlah 22 orang
selama 4 hari berada di Jalur Gaza. Mereka tidak hanya berkunjung ke
tempat-tempat bersejarah yang ada di Jalur Gaza, tapi juga mengunjungi
keluarga fakir dan anak yatim.
Jamaah umrah Indonesia itu, dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Senin (1/7), juga memberikan bantuan secara langsung ke rumah yang berada di Gaza bagian utara yang padat akan penduduk, baik di Beit lahiya maupun di Jabalia. Bantuan diberikan kepadai 150 orang anak yatim dan janda Syuhada di Gaza Utara bekerja sama dengan LSM lokal, Yayasan Salam. Jamaah Indonesia juga mengunjungi markaz tahfidz Alquran yang dikoordinir oleh Daarul Quran wa Sunnah Gaza-Palestina dan melihat langsung bagaimana anak-anak Gaza dan generasi muda Palestina di Gaza menghafal Alquran.
Selama empat hari, rombongan tinggal di rumah yang disiapkan seorang warga Gaza. Di rumah warga tersebut para rombongan merasakan bagaimana hidup seperti warga Gaza lain seperi merasakan mati listrik berulang kali dan berwudhu dengan air rasa garam. Makanan yang mereka konsumsi pun persis dengan makanan keluarga fakir dan yatim.
Rasa haru meliputi rombongan jamaah dalam kunjungan tersebut ketika mereka menyerahkan bantuan kepada keluarga fakir miskin yang tinggal di ruangan tak layak ditempati. Dalam rumah tersebut terdapat 20 anak beratapkan sen yang sebagian sudah rusak. Rumah mereka terletak di dataran rendah sehingga bila hujan turun, maka, ruangan tersebut langsung terendam air. Tak ada saluran pembuangan air kotor di sana.
Kunjungan tersebut, yang dilakukan pada hari Jumat pekan lalu, membuat rombongan berkesempatan melakukan shalat Jumat berjamaah. Saat itu yang menjadi imam dan khotib shalat adalah Perdana Menteri Palestina di Gaza, Ismail Haniyah Abdussalam.
Dalam khotbahnya, smail Haniya menyampaikan kepada warga Gaza bahwa para jamaah umrah tersebut adalah saudara seiman dan seakidah yang datang sangat jauh. Mereka, ujar sang PM, pergi meninggalka keluarga, bahkan ada yang membawa anak dan istri ke Gaza.
Ismail menyebut momen ini adalah nikmat dan karunia ukhuwah. Kedatangan mereka, sebut Ismail Haniyeh karena masjid Al Aqsa-lah yangmemanggil mereka, "Selamat datang wahai muslim Indonesia, selamat datang di tanah kalian. Kalian bukan tamu tetapi memiliki hak untuk tanah Palestina dan Masjid Al Aqsa. Selamat datang di tanah yang diberkahi, tanah syuhada, tanah para anbiya dilahirkan," ujar PM Ismail.
Jamaah umrah Indonesia juga menghadiri undangan peletakan batu pertama masjid yang dibangun oleh rakyat Alzajair. Mereka juga sempat menjalin obrolan akrab dengan rakyat Alzajair.
Paket umrah plus Gaza-Palestina, sangat diminati dan membuat antusias rakyat Indonesia meski harus melalui prosedur yang berlapis baik dari Pemerintah Mesir maupun pemerintah Gaza dan Palestina. Setelah berada di Gaza selama 4 hari, rombongan kembali menuju Kairo dikawal oleh kemananan Mesir untuk melanjutkan tur di ibu kota Mesir itu di bawah Safari Travel.
Perjalanan umrah plus Gaza ini, menurut Abdullah Onim, warga Indonesia yang menetap di sana dan menjadi salah satu panitia pengurus program, bukan ajang berbisnis atau mencari keuntungan. "Kami ingin umat Islam di Indonesia yang ingin melaksankan umrah tidak hanya ke negara lain, ke Jalur Gaza pun disilahkan, tentunya mengikuti prosedur dan aturan," ujarnya.
"Kami juga ingin agar umat islam yang pergi ke Gaza benar-benar mengetahui dan merasakan bagaimana penderitaan saudaranya di Gaza, karena itu kami selaku tuan rumah lebih memilih agar para rombongan selama berada di Gaza berbaur dengan warga Gaza, tidak menginap di hotel melainkan menginap di rumah warga Gaza," kata Abdillah
sumber: REPUBLIKA.CO.ID
Jamaah umrah Indonesia itu, dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Senin (1/7), juga memberikan bantuan secara langsung ke rumah yang berada di Gaza bagian utara yang padat akan penduduk, baik di Beit lahiya maupun di Jabalia. Bantuan diberikan kepadai 150 orang anak yatim dan janda Syuhada di Gaza Utara bekerja sama dengan LSM lokal, Yayasan Salam. Jamaah Indonesia juga mengunjungi markaz tahfidz Alquran yang dikoordinir oleh Daarul Quran wa Sunnah Gaza-Palestina dan melihat langsung bagaimana anak-anak Gaza dan generasi muda Palestina di Gaza menghafal Alquran.
Selama empat hari, rombongan tinggal di rumah yang disiapkan seorang warga Gaza. Di rumah warga tersebut para rombongan merasakan bagaimana hidup seperti warga Gaza lain seperi merasakan mati listrik berulang kali dan berwudhu dengan air rasa garam. Makanan yang mereka konsumsi pun persis dengan makanan keluarga fakir dan yatim.
Rasa haru meliputi rombongan jamaah dalam kunjungan tersebut ketika mereka menyerahkan bantuan kepada keluarga fakir miskin yang tinggal di ruangan tak layak ditempati. Dalam rumah tersebut terdapat 20 anak beratapkan sen yang sebagian sudah rusak. Rumah mereka terletak di dataran rendah sehingga bila hujan turun, maka, ruangan tersebut langsung terendam air. Tak ada saluran pembuangan air kotor di sana.
Kunjungan tersebut, yang dilakukan pada hari Jumat pekan lalu, membuat rombongan berkesempatan melakukan shalat Jumat berjamaah. Saat itu yang menjadi imam dan khotib shalat adalah Perdana Menteri Palestina di Gaza, Ismail Haniyah Abdussalam.
Dalam khotbahnya, smail Haniya menyampaikan kepada warga Gaza bahwa para jamaah umrah tersebut adalah saudara seiman dan seakidah yang datang sangat jauh. Mereka, ujar sang PM, pergi meninggalka keluarga, bahkan ada yang membawa anak dan istri ke Gaza.
Ismail menyebut momen ini adalah nikmat dan karunia ukhuwah. Kedatangan mereka, sebut Ismail Haniyeh karena masjid Al Aqsa-lah yangmemanggil mereka, "Selamat datang wahai muslim Indonesia, selamat datang di tanah kalian. Kalian bukan tamu tetapi memiliki hak untuk tanah Palestina dan Masjid Al Aqsa. Selamat datang di tanah yang diberkahi, tanah syuhada, tanah para anbiya dilahirkan," ujar PM Ismail.
Jamaah umrah Indonesia juga menghadiri undangan peletakan batu pertama masjid yang dibangun oleh rakyat Alzajair. Mereka juga sempat menjalin obrolan akrab dengan rakyat Alzajair.
Paket umrah plus Gaza-Palestina, sangat diminati dan membuat antusias rakyat Indonesia meski harus melalui prosedur yang berlapis baik dari Pemerintah Mesir maupun pemerintah Gaza dan Palestina. Setelah berada di Gaza selama 4 hari, rombongan kembali menuju Kairo dikawal oleh kemananan Mesir untuk melanjutkan tur di ibu kota Mesir itu di bawah Safari Travel.
Perjalanan umrah plus Gaza ini, menurut Abdullah Onim, warga Indonesia yang menetap di sana dan menjadi salah satu panitia pengurus program, bukan ajang berbisnis atau mencari keuntungan. "Kami ingin umat Islam di Indonesia yang ingin melaksankan umrah tidak hanya ke negara lain, ke Jalur Gaza pun disilahkan, tentunya mengikuti prosedur dan aturan," ujarnya.
"Kami juga ingin agar umat islam yang pergi ke Gaza benar-benar mengetahui dan merasakan bagaimana penderitaan saudaranya di Gaza, karena itu kami selaku tuan rumah lebih memilih agar para rombongan selama berada di Gaza berbaur dengan warga Gaza, tidak menginap di hotel melainkan menginap di rumah warga Gaza," kata Abdillah
sumber: REPUBLIKA.CO.ID
0 komentar:
Posting Komentar