Oleh : Nurhasan Zaidi (Ketua Umum PP Pemuda PUI)
“Para pemimpin terbaik paling mungkin ditemukan pada para pimpinan jemaat-jemaat agama besar, karena ia memiliki kemampuan yang mengejutkan dalam merekrut, mempertahankan, memberi inspirasi, menyatukan, membangun jaringan dan menggalang dana, termasuk menanamkan dan membangun kepercayaan”. (Peter Drucker)
Kepercayaan masyarakat Jawa Barat kepada H.Ahmad Heryawan sebagai Gubernur sangat relefan dengan apa yang diungkap Peter Drucker. Beliau saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Jamaah Persatuan Ummat Islam (PUI) sebuah Ormas Islam yang memiliki basis jamaah yang kuat di Jawa Barat. Memang pada awalnya publik tidak memperkirakan PUI sebagai Ormas Islam mampu menghidupkan mesinnya untuk memobilisasi jamaahnya dalam memilih ketua umum sebagai calon Gubernur.
Kecermatan PKS dalam memilih H. Ahmad Heryawan dari sekian banyak pilihan sebagai calon gubernur adalah tepat. Pilihan ini sebetulnya telah disiapkan PKS sejak lama, baik secara formal maupun informal. Dan ternyata pilihan ini juga gayung bersambut mendapat dukungan yang kuat dari Keluarga besar PUI. Dengan jaringannya, PUI melakukan penggalangan dukungan terhadap komponen keummatan dan kerakyatan yang lain.
Kemenangan H.Ahmad Heryawan bukanlah sebuah takdir yang kebetulan yang sebagaimana diperkirakan banyak pengamat. Takdirnya sebagai gubernur merupakan sebuah ikhtiar kemenangan yang telah dicicil cukup lama dan panjang. Posisinya sebagai Ketua Umum Persatuan Ummat Islam (PUI) yang tak pernah diprediksi oleh publik, memberinya peluang untuk ikhtiar serta azam yang kuat untuk menunjukan eksistensi PUI menuju kebangkitan. Ormas Islam PUI memiliki jumlah jama’ah yang cukup besar di Jawa barat. Madrasah/sekolah tak kurang dari 2000. Struktur PUI tersebar disebagian besar kota-kabupaten di Jawa Barat. Akan tetapi kegiatan sosial-pendidikannya tidak terpublikasi dengan baik. Sehingga kekuatan ini sangat wajar yang kemudian tidak terprediksi para pengamat politik manapun.
Kemenangan yang telah dicicil lama
H.Ahmad Heryawan sejak mahasiswa telah menjadi aktivis PUI. Ia membangun dakwah, sosial dan pendidikan di Jawa Barat bersama para sesepuh PUI antara lain almarhum KH. Yazid Bustomi, almarhum H. Syarief Hidayat Kori, almarhum H.M.U. Zainuddin Kori, H. Anwar Shaleh, H.Ahmad Rifai, K.H.Cholid Fadlullah, H.Iing Solihin, Nazar Haris, dll. Mengingat PUI waktu itu sedang mengalami krisis kaderisasi dan kepemimpinan, maka Ormas ini menitikberatkan program-programnya pada kaderisasi. Ia menjalankan antara lain melalui Pekan Ukhuwah atau daurah yang sekarang disebut Training Intisab PUI. Sebagai salah seorang kader, Ahmad Heryawan bersama Pemuda PUI kemudian diminta terlibat jauh dalam PUI.
Begitulah, sejak 1992 H. Ahmad Heryawan dkk mulai melakukan aktivitas kaderisasi dakwah ke seluruh pelosok desa di Jawa Barat. Tentu tidak pernah terbayang 13 tahun kemudian (1992-2008), ia akan diamanahi sebagai gubernur. Inilah yang kita sebut kerja-kerja kecil yang telah dicicil lama, kerja-kerja kecil inilah yang kemudian dirangkai oleh Allah menjadi sebuah kekuatan yang menjadi besar, sehingga dapat memenangkan Gubernur Jawa Barat. Sebuah investasi kesabaran yang cukup panjang. Tentu ini semua masih sebuah awal memasuki dakwah di era negara, dari seorang aktifis menjadi seorang gubernur.
Perjalanan H.Ahmad Heryawan dalam aktivitas dakwah di PUI cukup panjang. Ini dimulai dari menjadi anggota di Departemen Kaderisasi PUI, sebagai Ketua Pemuda PUI, Wakil Ketua PB PUI, hingga saat ini diamanahi menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat PUI. Sehingga wajar kalau kemudian PKS melamar Ketua Umum PUI ini untuk diminta menjadi calon gubernur Jabar. Meskipun pada akhirnya banyak orang bilang Heryawan kader PKS juga. Memang betul, tetapi jauh sebelum PKS berdiri, pada tahun 1992 Heryawan telah menjadi seorang kader PUI yang lahir dari Keluarga Besar PUI Sukabumi sebagai basis utama.Kilas Balik PUI
Bila melihat perjalanan kepemimpinan PUI didalam kontribusinya terhadap perjalanan bangsa cukup banyak, sehingga sangatlah wajar bila kemudian Allah mentakdirkan kader terbaik PUI menjadi Gubernur Jabar. Kedua Pendiri PUI K.H.Abdul Halim dan K.H.Ahmad Sanusi adalah salah satu anggota dari perwakilan Jawa barat didalam Badan Persiapan Usaha Panitia Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang pada tahun ini kedua pendiri PUI akan diajukan oleh pemerintah Jawa Barat menjadi Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya. Beberapa kali juga para Ketua Umum PUI sejak awal kemerdekaan dipercaya masyarakat Jawa barat untuk menjadi pejabat publik baik di legislatif maupun di eksekutif seperti K.H.Abdul Aziz Halim (putra pendiri PUI) dan K.H.Afandi Ridwan (keduanya Almarhum). Dan masih banyak lagi putra-putri terbaik PUI yang pernah menjabat di pemerintahan daerah maupun pusat.
Cikal bakal PUI berdiri sejak tahun 1911. Artinya sudah hampir memasuki usia satu abad. Sebetulnya cukup banyak basis-basis keagamaan dan pesantren/madrasah di Jawa Barat akar kelahirannya dari kedua pendiri PUI. Begitupun kelahiran Masyumi berawal dari empat Ormas Islam yaitu; Perikatan Oemat Islam (POI) K.H.Abdul Halim, Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII) K.H.Ahmad Sanusi, (yang kemudian keduanya berfusi tahun 1952 dengan melebur menjadi PUI) NU, K.H.Hasyim Asyari, dan Muhamadiyyah, K.H.Ahmad Dahlan, kemudian selanjutnya bergabung Persis, Al-Irsyad, Al-wasliyah, Al-Ittihadiyyah, dll. Walaupun kemudian PUI mengalami pasang surut karena faktor internal dan eksternal. PUI dalam perjalanan sejarahnya selain sebagai pendiri partai politik Masyumi yang kemudian dibubarkan Orde lama, karena perbedaan politik. Begitu juga di masa Orde baru kebijakan-kebijakan politik PUI seringkali bersebrangan dengan sikap politik Orde baru. Inilah yang kemudian menjadikan PUI secara perlahan-lahan termarjinalkan sejak masa Orde lama dan Orde baru, sehingga berakibat eksistensi basis-basis dakwah dan pendidikan PUI pun mengalami pasang surut.
Reformasi 1998 akhirnya memberikan angin segar bagi seluruh gerakan dakwah, khususnya PUI. PUI mulai berbenah diri menikmati kebebasan di dalam amaliah dakwah yang selama Orde lama dan orde baru termajinalkan. Yang kemudian dalam waktu singkat di era reformasi, dengan izin Allah dan kepercayaan rakyat Jawa Barat mengantarkan Ketua Umum PUI menjadi Gubernur dalam pemilihan pilkada langsung pertama dalam sejarah Jawa Barat. Persis apa yang diprediksikan Prof.Dr.Yusuf Qordhowi pemikir dakwah di abad ini mengungkapkan “Kalau saja para penguasa di negeri-negeri muslim itu, mau membiarkan kita bekerja membangun ummat secara tenang dan aman, tanpa tekanan dan gangguan keamanan, maka mungkin kita hanya membutuhkan waktu 20 tahun untuk mengembalikan peradaban Islam’.
Pembagian Tugas PUI, PKS, dan PAN
Dalam strategi pemenangan Hade dipemilihan gubernur Jawa Barat sebetulnya tidak ada hal yang sangat khusus. Apalagi paket pasangan Hade terbentuk dalam waktu yang sudah menjelang batas akhir pendaftaran di KPUD, sehingga langkah-langkah strategi pemenangan Hade pun disusun sambil berjalan. Hade hanya diusung oleh dua partai PKS dan PAN serta didukung penuh oleh Ormas Islam PUI yang berbasis kuat di Jawa Barat, yang Cagubnya H.Ahmad Heryawan juga sebagai Ketua Umum PUI. Tiga inti kekuatan inilah yang menjadi faktor kuat dalam pemenangan Hade, meskipun tentu banyak faktor-faktor kekuatan lain yang tidak bisa kita abaikan kontribusinya.
Soliditas Struktur Pimpinan Wilayah dan Daerah PUI Jawa Barat membuat mesin PUI menjadi sangat efektif hidup dalam pendulangan suara Hade. Sedangkan di lapangan para Wanita PUI, Pemuda PUI, Himpunan Mahasiswa PUI, Himpunan Pelajar PUI serta para kader PUI yang membuat tim besar pemenangan PUI menjadi sangat dinamis dan attraktif dalam memenangkan Hade. Begitupun faktor keartisan Dede Yusuf menjadikan daya pikat yang cukup kuat pada saat-saat kampanye, sehingga dinamikanya menjadi lebih hidup saat kampanye-kampanye Hade. Walaupun PUI memiliki struktur dan Madrasah/sekolah PUI ada 26 kota/kabupaten, tetapi karena wilayah Jabar ini sangat luas, maka tim sukses PUI berbagi tugas dengan PKS dan PAN. PUI hanya memprioritaskan pada prioritas pertama basis utamanya pada pemenangan di 10 kota-kabupaten (kokab) yang merupakan basis kuat massa PUI sampai desa-desa, yaitu: Majalengka, kokab Sukabumi, kokab Bogor, kokab Cirebon, Indramayu, Kuningan, Cianjur, Di daerah-daerah ini, Hade hanya kalah di dua daerah, yaitu Kuningan dan Indramayu. Sedangkan prioritas kedua di kokab Tasik, Ciamis, Garut, Subang dan Sumedang.
Di 16 kokab basis utama PUI tersebut, kebetulan PKS dan PAN umumnya memiliki basis suara yang kecil, sementara PAN khususnya PKS memiliki basis yang kuat di kota-kota Jawa Barat ditambah kota-kabupaten yang disitu Walikota dan Bupatinya dimenangkan PKS, sehingga pembagian tugas di atas, antara PUI, PKS, dan PAN bisa saling melengkapi dan masing-masing bisa lebih terfokus dalam pendulangan suaranya. Dan Alhamdulillah terbukti dengan izin Allah, Hade menang sangat signifikan di 18 kota/kabupaten di Jawa Barat, yang rata-rata kemenangannya antara 36-58 % suara. Sedangkan Aman hanya menang di 5 daerah yaitu Ciamis, Kuningan,Kab.Tasik, Sumedang, Subang. Dan Dai hanya menang di 3 Kabupaten yaitu Purwakarta, Indramayu dan Banjar.
Dari Pilgub Jabar kita memetik hikmah bertambahnya keyakinan bahwa sinergi Ormas Islam dan Orpol Islam akan menjadi sebuah kekuatan ummat yang telah ditunggu lama. Tentu, indepedensi mereka mesti tetap selalu terjaga agar kerja-kerja dakwah, sosial, pendidikan dan politik masing-masing menjadi lebih fokus dan lebih optimal dalam pembagian tugasnya. Wallahu’alam.
“Para pemimpin terbaik paling mungkin ditemukan pada para pimpinan jemaat-jemaat agama besar, karena ia memiliki kemampuan yang mengejutkan dalam merekrut, mempertahankan, memberi inspirasi, menyatukan, membangun jaringan dan menggalang dana, termasuk menanamkan dan membangun kepercayaan”. (Peter Drucker)
Kepercayaan masyarakat Jawa Barat kepada H.Ahmad Heryawan sebagai Gubernur sangat relefan dengan apa yang diungkap Peter Drucker. Beliau saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Jamaah Persatuan Ummat Islam (PUI) sebuah Ormas Islam yang memiliki basis jamaah yang kuat di Jawa Barat. Memang pada awalnya publik tidak memperkirakan PUI sebagai Ormas Islam mampu menghidupkan mesinnya untuk memobilisasi jamaahnya dalam memilih ketua umum sebagai calon Gubernur.
Kecermatan PKS dalam memilih H. Ahmad Heryawan dari sekian banyak pilihan sebagai calon gubernur adalah tepat. Pilihan ini sebetulnya telah disiapkan PKS sejak lama, baik secara formal maupun informal. Dan ternyata pilihan ini juga gayung bersambut mendapat dukungan yang kuat dari Keluarga besar PUI. Dengan jaringannya, PUI melakukan penggalangan dukungan terhadap komponen keummatan dan kerakyatan yang lain.
Kemenangan H.Ahmad Heryawan bukanlah sebuah takdir yang kebetulan yang sebagaimana diperkirakan banyak pengamat. Takdirnya sebagai gubernur merupakan sebuah ikhtiar kemenangan yang telah dicicil cukup lama dan panjang. Posisinya sebagai Ketua Umum Persatuan Ummat Islam (PUI) yang tak pernah diprediksi oleh publik, memberinya peluang untuk ikhtiar serta azam yang kuat untuk menunjukan eksistensi PUI menuju kebangkitan. Ormas Islam PUI memiliki jumlah jama’ah yang cukup besar di Jawa barat. Madrasah/sekolah tak kurang dari 2000. Struktur PUI tersebar disebagian besar kota-kabupaten di Jawa Barat. Akan tetapi kegiatan sosial-pendidikannya tidak terpublikasi dengan baik. Sehingga kekuatan ini sangat wajar yang kemudian tidak terprediksi para pengamat politik manapun.
Kemenangan yang telah dicicil lama
H.Ahmad Heryawan sejak mahasiswa telah menjadi aktivis PUI. Ia membangun dakwah, sosial dan pendidikan di Jawa Barat bersama para sesepuh PUI antara lain almarhum KH. Yazid Bustomi, almarhum H. Syarief Hidayat Kori, almarhum H.M.U. Zainuddin Kori, H. Anwar Shaleh, H.Ahmad Rifai, K.H.Cholid Fadlullah, H.Iing Solihin, Nazar Haris, dll. Mengingat PUI waktu itu sedang mengalami krisis kaderisasi dan kepemimpinan, maka Ormas ini menitikberatkan program-programnya pada kaderisasi. Ia menjalankan antara lain melalui Pekan Ukhuwah atau daurah yang sekarang disebut Training Intisab PUI. Sebagai salah seorang kader, Ahmad Heryawan bersama Pemuda PUI kemudian diminta terlibat jauh dalam PUI.
Begitulah, sejak 1992 H. Ahmad Heryawan dkk mulai melakukan aktivitas kaderisasi dakwah ke seluruh pelosok desa di Jawa Barat. Tentu tidak pernah terbayang 13 tahun kemudian (1992-2008), ia akan diamanahi sebagai gubernur. Inilah yang kita sebut kerja-kerja kecil yang telah dicicil lama, kerja-kerja kecil inilah yang kemudian dirangkai oleh Allah menjadi sebuah kekuatan yang menjadi besar, sehingga dapat memenangkan Gubernur Jawa Barat. Sebuah investasi kesabaran yang cukup panjang. Tentu ini semua masih sebuah awal memasuki dakwah di era negara, dari seorang aktifis menjadi seorang gubernur.
Perjalanan H.Ahmad Heryawan dalam aktivitas dakwah di PUI cukup panjang. Ini dimulai dari menjadi anggota di Departemen Kaderisasi PUI, sebagai Ketua Pemuda PUI, Wakil Ketua PB PUI, hingga saat ini diamanahi menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat PUI. Sehingga wajar kalau kemudian PKS melamar Ketua Umum PUI ini untuk diminta menjadi calon gubernur Jabar. Meskipun pada akhirnya banyak orang bilang Heryawan kader PKS juga. Memang betul, tetapi jauh sebelum PKS berdiri, pada tahun 1992 Heryawan telah menjadi seorang kader PUI yang lahir dari Keluarga Besar PUI Sukabumi sebagai basis utama.Kilas Balik PUI
Bila melihat perjalanan kepemimpinan PUI didalam kontribusinya terhadap perjalanan bangsa cukup banyak, sehingga sangatlah wajar bila kemudian Allah mentakdirkan kader terbaik PUI menjadi Gubernur Jabar. Kedua Pendiri PUI K.H.Abdul Halim dan K.H.Ahmad Sanusi adalah salah satu anggota dari perwakilan Jawa barat didalam Badan Persiapan Usaha Panitia Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang pada tahun ini kedua pendiri PUI akan diajukan oleh pemerintah Jawa Barat menjadi Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya. Beberapa kali juga para Ketua Umum PUI sejak awal kemerdekaan dipercaya masyarakat Jawa barat untuk menjadi pejabat publik baik di legislatif maupun di eksekutif seperti K.H.Abdul Aziz Halim (putra pendiri PUI) dan K.H.Afandi Ridwan (keduanya Almarhum). Dan masih banyak lagi putra-putri terbaik PUI yang pernah menjabat di pemerintahan daerah maupun pusat.
Cikal bakal PUI berdiri sejak tahun 1911. Artinya sudah hampir memasuki usia satu abad. Sebetulnya cukup banyak basis-basis keagamaan dan pesantren/madrasah di Jawa Barat akar kelahirannya dari kedua pendiri PUI. Begitupun kelahiran Masyumi berawal dari empat Ormas Islam yaitu; Perikatan Oemat Islam (POI) K.H.Abdul Halim, Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII) K.H.Ahmad Sanusi, (yang kemudian keduanya berfusi tahun 1952 dengan melebur menjadi PUI) NU, K.H.Hasyim Asyari, dan Muhamadiyyah, K.H.Ahmad Dahlan, kemudian selanjutnya bergabung Persis, Al-Irsyad, Al-wasliyah, Al-Ittihadiyyah, dll. Walaupun kemudian PUI mengalami pasang surut karena faktor internal dan eksternal. PUI dalam perjalanan sejarahnya selain sebagai pendiri partai politik Masyumi yang kemudian dibubarkan Orde lama, karena perbedaan politik. Begitu juga di masa Orde baru kebijakan-kebijakan politik PUI seringkali bersebrangan dengan sikap politik Orde baru. Inilah yang kemudian menjadikan PUI secara perlahan-lahan termarjinalkan sejak masa Orde lama dan Orde baru, sehingga berakibat eksistensi basis-basis dakwah dan pendidikan PUI pun mengalami pasang surut.
Reformasi 1998 akhirnya memberikan angin segar bagi seluruh gerakan dakwah, khususnya PUI. PUI mulai berbenah diri menikmati kebebasan di dalam amaliah dakwah yang selama Orde lama dan orde baru termajinalkan. Yang kemudian dalam waktu singkat di era reformasi, dengan izin Allah dan kepercayaan rakyat Jawa Barat mengantarkan Ketua Umum PUI menjadi Gubernur dalam pemilihan pilkada langsung pertama dalam sejarah Jawa Barat. Persis apa yang diprediksikan Prof.Dr.Yusuf Qordhowi pemikir dakwah di abad ini mengungkapkan “Kalau saja para penguasa di negeri-negeri muslim itu, mau membiarkan kita bekerja membangun ummat secara tenang dan aman, tanpa tekanan dan gangguan keamanan, maka mungkin kita hanya membutuhkan waktu 20 tahun untuk mengembalikan peradaban Islam’.
Pembagian Tugas PUI, PKS, dan PAN
Dalam strategi pemenangan Hade dipemilihan gubernur Jawa Barat sebetulnya tidak ada hal yang sangat khusus. Apalagi paket pasangan Hade terbentuk dalam waktu yang sudah menjelang batas akhir pendaftaran di KPUD, sehingga langkah-langkah strategi pemenangan Hade pun disusun sambil berjalan. Hade hanya diusung oleh dua partai PKS dan PAN serta didukung penuh oleh Ormas Islam PUI yang berbasis kuat di Jawa Barat, yang Cagubnya H.Ahmad Heryawan juga sebagai Ketua Umum PUI. Tiga inti kekuatan inilah yang menjadi faktor kuat dalam pemenangan Hade, meskipun tentu banyak faktor-faktor kekuatan lain yang tidak bisa kita abaikan kontribusinya.
Soliditas Struktur Pimpinan Wilayah dan Daerah PUI Jawa Barat membuat mesin PUI menjadi sangat efektif hidup dalam pendulangan suara Hade. Sedangkan di lapangan para Wanita PUI, Pemuda PUI, Himpunan Mahasiswa PUI, Himpunan Pelajar PUI serta para kader PUI yang membuat tim besar pemenangan PUI menjadi sangat dinamis dan attraktif dalam memenangkan Hade. Begitupun faktor keartisan Dede Yusuf menjadikan daya pikat yang cukup kuat pada saat-saat kampanye, sehingga dinamikanya menjadi lebih hidup saat kampanye-kampanye Hade. Walaupun PUI memiliki struktur dan Madrasah/sekolah PUI ada 26 kota/kabupaten, tetapi karena wilayah Jabar ini sangat luas, maka tim sukses PUI berbagi tugas dengan PKS dan PAN. PUI hanya memprioritaskan pada prioritas pertama basis utamanya pada pemenangan di 10 kota-kabupaten (kokab) yang merupakan basis kuat massa PUI sampai desa-desa, yaitu: Majalengka, kokab Sukabumi, kokab Bogor, kokab Cirebon, Indramayu, Kuningan, Cianjur, Di daerah-daerah ini, Hade hanya kalah di dua daerah, yaitu Kuningan dan Indramayu. Sedangkan prioritas kedua di kokab Tasik, Ciamis, Garut, Subang dan Sumedang.
Di 16 kokab basis utama PUI tersebut, kebetulan PKS dan PAN umumnya memiliki basis suara yang kecil, sementara PAN khususnya PKS memiliki basis yang kuat di kota-kota Jawa Barat ditambah kota-kabupaten yang disitu Walikota dan Bupatinya dimenangkan PKS, sehingga pembagian tugas di atas, antara PUI, PKS, dan PAN bisa saling melengkapi dan masing-masing bisa lebih terfokus dalam pendulangan suaranya. Dan Alhamdulillah terbukti dengan izin Allah, Hade menang sangat signifikan di 18 kota/kabupaten di Jawa Barat, yang rata-rata kemenangannya antara 36-58 % suara. Sedangkan Aman hanya menang di 5 daerah yaitu Ciamis, Kuningan,Kab.Tasik, Sumedang, Subang. Dan Dai hanya menang di 3 Kabupaten yaitu Purwakarta, Indramayu dan Banjar.
Dari Pilgub Jabar kita memetik hikmah bertambahnya keyakinan bahwa sinergi Ormas Islam dan Orpol Islam akan menjadi sebuah kekuatan ummat yang telah ditunggu lama. Tentu, indepedensi mereka mesti tetap selalu terjaga agar kerja-kerja dakwah, sosial, pendidikan dan politik masing-masing menjadi lebih fokus dan lebih optimal dalam pembagian tugasnya. Wallahu’alam.
3 komentar:
saya salut dengan perjuangan PUI selama ini terlebih lagi kepada para tokoh-tokohnya. teruskanlah wahai pemuda untuk berjuang li i'lai kalimatillah....
maaf, kalo boleh tahu apa benar ada tokoh PUI yang bernama KH. Ahmad Yazid. bila iya, tolong saya diberi informasi tentang peranannya di PUI. sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
TTD
Choir
(mif_tah81@yahoo.co.id)
Kemenangan HADE memang kemenangan kita semua tapi euforia ini ternyata tidak mengekspos PUI. Lalu kemana arah tujuan beliau dalam memajukan PUI di bumi JAWA BARAT?
Assalamy'alaikum... PW PUI Jabar mo nerbitkan Majalah INTISABI, kalo ada berita atau tulisan yg mau disumbangkan, silakan kirim ke redaksi_intisabi@yahoo.com, tks. (ASM Romli, Pemred)
Posting Komentar