Headlines News :
Home » , , , , , , , » Guru Lupa Tugas

Guru Lupa Tugas

Written By P U I on Jumat, Mei 15, 2009 | 4:05:00 PM

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berniat mempercepat jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30. Beragam respons, yang umumnya bernada penolakan, baik dari pelajar, guru, maupun pengamat sosial. Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa mempercepat jam masuk 30 menit sepertinya menjadi masalah besar bagi siswa dan guru?

Sekolah selama ini sangat dipercaya dan diandalkan untuk mendidik anak bangsa agar kelak menjadi manusia berguna. Orang tua, dengan kepercayaan yang penuh menyerahkan pembangunan karakter anak-anak mereka pada sekolah. Namun, apa yang sebenarnya terjadi di sekolah sering kali membuat orang tua dan publik secara keseluruhan tertipu.

Guru sebagai tokoh sentral terjadinya proses pendidikan terlihat sering abai dengan tugas utamanya. Agaknya perlu kita pertanyakan kembali benarkan institusi sekolah telah memberikan pendidikan? Atau sekolah hanya sekedar tempat berkumpul dan menjalankan prosedur formal dari sebuah proses pendidikan, seperti penyampaian materi pelajaran, mengadakan tes evaluasi, dan sebagainya.

Pendidik berasal dari kata dasar didik. Menurut kamus bahasa Indonesia Kontemporer karya Peter Salim dan Yenny Salim dikatakan bahwa didik adalah memberi sesuatu yang berdampak positif. Baik berupa latihan akhlak maupun kecerdasan pikiran. Sedangkan kata pendidik bermakna orang yang memberikan pendidikan (guru).

Pendidikan sendiri diartikan proses pengubahan cara berpikir atau tingkah laku dengan cara pengajaran, dan latihan. Jelas berdasarkan definisi tersebut apa yang menjadi tugas pendidik tidaklah gampang karena yang dikerjakan dan dihadapi bukanlah barang mati melainkan juga sama manusianya.

Saat ini guru-guru justru lupa dengan apa yang menjadi tugas utama mereka, yakni memberikan dampak positif dengan cara mengubah cara berpikir dan berperilaku melalui proses yang biasa disebut pembelajaran. Kita tentu merinding membaca berita guru yang mencabuli anak didiknya. Dan ini tidak hanya terjadi di Jakarta yang dekat dengan kantor menteri pendidikan, tapi juga terjadi daerah-daerah lain seperti di Riau, Tapanuli, Makasar, dan lainnya.

Kita juga geram oleh berita mengenai guru yang suka melakukan kekerasan pada siswanya. Serta guru yang dengan sengaja membocorkan jawaban ujian nasional kepada muridnya. Berita-berita tersebut tentu hanya gambaran permukaan bagaimana moralitas guru di Indonesia semakin tidak dapat dipertanggungjawabkan. Jika kita melihat jauh ke dalam mungkin akan terungkap banyak perilaku menyimpang yang dilakukan para guru yang luput dari ekspos media.

Dalam konteks perubahan jam masuk sekolah misalnya tentu sikap guru yang resisten menunjukkan gejala yang linier dengan kasus-kasus moral di atas, yakni guru lupa dengan tugas utamanya dalam memberikan dampak positif kepada siswa melalui perubahan cara pikir dan perilaku.

Pernyataan Ketua Umum Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Suparman kepada detikcom, Sabtu (22/11/2008) yang menyatakan bahwa guru dan murid-muridnya bisa telat terus ke sekolah jika jam sekolah dimajukan, sungguh menggelikan. Begitu juga pernyataan guru SMA 68 yang menyatakan, "makin pagi, kondisi rumah makin runyam. Anak berbagi dengan orang tua yang bekerja, kakaknya. Banyak urusan sepele yang membuat suasana pagi menjadi makin ribut. Akibatnya, tiap pagi si anak tidak menemukan keharmonisan keluarga".

Jelas pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan ketidaksiapan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Karena cara berfikir mereka yang reluctant terhadap perubahan merupakan antitesha dari tujuan pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang sejatinya adalah proses perubahan ke arah yang lebih baik harus berhadapan dengan para pendidik yang tidak siap berubah.

Dengan kondisi guru-guru yang seperti ini maka sangat wajar jika banyak orang yang pesimis dengan masa depan dunia pendidikan kita. Dan sangat wajar pula jika banyak orang tua dari kalangan mampu yang memilih menyekolahkan anak-anak mereka ke negara tetangga.

Mukhamad Najib (Wasekjen PP PUI)
The University of Tokyo International Lodge Tokyo
mnajib23@yahoo.com
+81-90-98210982
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Tim Media PUI
Copyright © 2009. PUI - Persatuan Ummat Islam - All Rights Reserved