Headlines News :
Home » , , , , , » Memperkuat Tradisi Pemikiran di PUI

Memperkuat Tradisi Pemikiran di PUI

Written By P U I on Senin, Januari 03, 2011 | 5:21:00 PM

Seiring perkembangan dakwah pasca reformasi, dengan peluang-peluang dakwah yang semakin luas dan terbuka sehingga maka misi dakwah memiliki prospek yang baik di masa depan. Pada sisi lain PUI sebagai ormas Islam dengan segala keterbatasannya, perlu mensikapi dan menangkap peluang dakwah tersebut sebagai lahan amaliah yang potensial untuk berfastabiqul khairat. Era globalisasi dan informasi tentu akan berefek luas bagi tantangan dakwah kedepan. PUI sebagai ormas dakwah perlu mengantisipasi efek perkembangan tersebut dengan meningkatkan kualitas SDM dan organisasinya, tanpa itu semua, pada saatnya nanti PUI hanya akan menjadi bagian dari sejarah tentang kejayaan masa lalunya saja.

Belajar dari perkembangan ormas Islam di Indonesia, terutama pasca kemerdekaan mengalami pasang surut yang cukup memprihatikan, baik perkembangan secara dakwah, pendidikan maupun politik. Selain NU dan Muhammadiyah, kita mengenal SI, PUI, Muhamadiyyah, NU, Persis, Mathlaul Anwar, Alwasliyyah, Al-Irsyad, Perti, dll. Sayangnya, ormas-ormas tersebut secara dakwah perannya di masyarakat semakin surut, bahkan nyaris seruan dakwahnya tidak terdengar. Berbeda dengan gerakan dakwah Muhamadiyyah dan NU yang memiliki eksistensi cukup baik. Meski demikian, peran politik yang dilakukan Muhamadiyyah membidani lahirnya PAN dan NU membidani PKB dalam perkembangannya belum bisa membantu dalam meredam konflik PAN dan PKB yang terus berkepanjangan. Alhasil, perlahan-lahan memberikan citra yang kurang baik terhadap Muhamadiyyah dan NU itu sendiri.

Pengembangan Pemikiran

PUI sebagai bagian dari gerakan Islam, secara doktrin dan kulturnya memiliki potensi untuk bisa berperan dan berkontribusi lebih besar terhadap dakwah di Indonesia. Tentu itu semua perlu peningkatan kualitas SDM PUI yang selalu kreatif melakukan inovasi-ivovasi baru, untuk mendesain dan mengemas kembali PUI. Doktrin Intisab dan Ishlahus Tsamaniyyah masih perlu dikembangkan dan dijabarkan kembali oleh tangan-tangan kreatif kader PUI. Bukan hanya karena persoalan komitmen Intisab, masalah rutinitas yang tidak berkembang ke arah yang lebih baik. Begitu juga kultur pemikiran kader PUI yang belum terkembangkan secara optimal, karena amaliah dakwah di era globalisasi saat ini menuntut pemikiran dan ijtihad PUI yang lebih kreatif untuk kemajuan PUI ke depan, tanpa memiliki basis kultur pemikiran yang kokoh, PUI akan semakin sulit berkembang. Pintu ijtihad tidak akan tertutup selama idealisme masih kita miliki.

Sejauh ini PUI memiliki forum Mudzakarah Islahus Tsamaniyyah yang merupakan sarana pencerahan pemikiran dan pengembangan intelektual kader dan pengurus PUI. Dengan forum ini seluruh potensi pemikiran dan intelektual kader PUI dapat terkembangkan dan saling memberikan kontribusi, yang pada akhirnya selain akan bermanfaat bagi kader PUI, juga dengan sendirinya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi PUI kedepan. Secara kelembagaan, forum pemikiran seperti ini seakan menegaskan keberadaan PUI dalam dinamika keormasan Indonesia.

Perlahan-lahan, eksistensi PUI kian diperhitungkan sebagai ormas yang berkontribusi terhadap pengembangan pemikiran keislaman dan kebangsaan. Pencitraan terhadap PUI yang dianggap ’sebelah mata’ oleh komponen bangsa yang lain, akan hilang dengan sendirinya jika jamaah PUI mampu mengakselerasi pemikirannya melalui forum intelektual seperti ini.

Keberadaan perlunya forum Mudzakarah ini, sebetulnya selalu diwacanakan dalam Muktamar PUI maupun diskusi-diskusi. Forum ini digagas bukan sekadar hanya tuntutan saja, tapi juga kebutuhan ”darurat” untuk mengembangkan kultur pemikiran di PUI, sehingga apabila stok pemikiran kader PUI selalu kreatif mengalir, maka dengan sendirinya kerja-kerja amaliah PUI akan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi ummat dan bangsa ke depan. Kejayaan peradaban suatu ummat, selain diawali dengan penanaman ideologi yang kokoh, yang kemudian dilanjutkan dengan basis pemikiran intelektual yang kokoh dan solid, yang pada akhirnya akan memberikan kekuatan energi amaliahnya bagi ummat.

Penguatan Lembaga

Pada pemaparan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa keberadaan forum Mudzakarah Islahus Tsamaniyyah memberikan penguatan secara kelembagaan, yaitu menegaskan eksistensi PUI sebagai ormas yang harus diperhitungkan dalam pentas dakwah nasional. Hal lebih strategis juga
adalah forum tersebut mampu meningkatkan kapasitas intelektual bagi setiap jamaah PUI. Ada ruang artikulasi intelektual yang berkembang di wadah PUI bagi setiap anggota dan pengurusnya.

Dalam konteks kekinian, jika forum pengembangan pemikiran tersebut dapat dioptimalkan oleh jamaah PUI, hal itu merupakan sebuah indikator bahwa PUI memiliki modal sosial berupa modal intelektual. Modal intelektual merupakan asset sekaligus kekayaan berharga bagi sebuah
komunitas yang tak terlihat (a tangible asset). Modal intelektual berbeda dengan berbagai jenis modal yang berbentuk fisik seperti bangunan, pabrik, mesin maupun tanah. Adanya akselerasi pengembangan pemikiran di PUI dapat membuktikan bahwa PUI merupakan sebuah ormas
yang dinamis karena memiliki modal intelektual yang tinggi.
Share this article :

3 komentar:

H. Acep bUNYAMIN mengatakan...

Kalau kecerdasan dalam berfikir sebagai modal utama pergerakan PUI, saya agak kurang sependapat, karena pada hakekatnya tujuan berorganisasi di PUI ini tercapainya kebahagiaan hidup di Dunia dan akherat sebagaimana kita selalu berdoa " Ya Tuhan kami berikanlah kepada kami kebaikan dan kebahagiaan hidup di Dunia dan kelak di Akherat " Modal utama dalam pergrerakan PUI adalah kekuatan Iman atau Tauhid terlebih dahulu, setelah itu akhlaq Insya Allah intlektualnya atau kecerdasannya untuyk kemashlahatan Ummat dan kemashlahatan kemashlahatan lainnya ( Al ishlah Al tsamaniyah ). ( H.Acep Bunyamin Ketua Dewan Syariah Kab.Bogor )

H. Acep bUNYAMIN mengatakan...

Tradisi Pemikiran PUI tidak terlepas dari 4 katagori yaitu ; Tauhid ( Ilahiyah ) Keikhlasan dalam segala aspek, Ishlah dalam berbagai jalan yang ditempuh dan Selalu menjaga tali kasih sayang diantara sesama termasuk toleransi dengan perbedaan pendapat dengan yang lain itulah modal utama tradisi pemikiran PUI yang terus kita akan kembangkan sesuai perkembangan zaman termasuk masalah siasiyah kepemimpinan ( H.Acep Bunyamin ketua Dewan Syariah kab.Bogor )

H. Acep bUNYAMIN mengatakan...

Baguuuuus

 
Support : Tim Media PUI
Copyright © 2009. PUI - Persatuan Ummat Islam - All Rights Reserved