Headlines News :
Home » , , , » Pemikiran Memperbaiki Ekonomi Ummat

Pemikiran Memperbaiki Ekonomi Ummat

Written By P U I on Kamis, Juni 27, 2013 | 8:14:00 PM

Oleh Dr. Iwan Riswandi
(Sekretaris Dewan Pakar Pusat PUI)

Apa yang dapat dilakukan saat ini untuk menyelamatkan perekonomian umat ?

Pertanyaan ini terus berkumandang dan diserukan oleh berbagai pihak, namun apa yang diserukan dan apa yang dilakukan, lebih-lebih kebijakan kadangkala terjebak oleh isu sesaat yang seringkali kepentingan politik menjadi tolok ukurnya.

Persoalan perbaikan ekonomi umat adalah mengangkat harkat hidup hampir 90 persen bangsa Indonesia dan 65 persen diantaranya bermukim di pedesaan.  Perbaikan ekonomi keumatan ini akan menjadi fondasi dan jalan yang luas untuk terbangunnya bangsa dan negara yang kuat, berkeadilan, berdaulat dan berkelanjutan.  Prinsip perbaikan ekonomi keumatan di atas, selayaknya menjadi ekspektasi bangsa (bukan hanya umat Islam) yang saat ini sedang terpuruk, dan menjadi isu strategis untuk diusung oleh para pengambil kebijakan.

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh bangsa ini. Namun, apapun yang akan dilakukan hendaknya tetap memperhatikan faktor historis dan sosio-ekologis. Ekonomi keumatan identik dengan memberikan kesempatan yang luas pada umat Islam untuk menguasai faktor-faktor ekonomi, keunikan pilihan usaha yang dilakukan tidak terlepas dari akar potensi (industrialisasi dan jaringan ekonomi berbasis pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, dll) di masing-masing daerah.  Potensi-potensi lokal yang unik dan unggul tersebut, saat ini seringkali terabaikan dan silau oleh glamournya industri-industri yang berbahan baku impor, teknologi modern dan bias pada kepentingan masyarakat menengah kota.  Tentu saja hal ini menjadi timpang, dimana sumberdaya lokal (berbasis sumberdaya alam dan lingkungan) dieksplorasi dan dieksploitasi namun pada gilirannya mencabut hak-hak umat atas sumberdaya tersebut, menghancurkan kondisi sosio-ekologis dan menciptakan pemiskinan umat secara masif.

Pengambil kebijakan harus mengambil peran yang jelas dalam mendorong tumbuhnya pelaku-pelaku ekonomi yang lebih luas.  Upaya industrialisasi yang dapat menciptakan lapangan kerja penuh dengan kandungan IPTEK yang tepat guna dan berdaya dukung lingkungan, menciptakan aksesbilitas terhadap seluruh sumberdaya produktif khususnya manusia, modal, informasi, teknologi dan kelembagaan efisien.  Penciptaan jaringan usaha yang menghubungkan keterkaitan ekonomi di tingkat produksi input, pengolahan, dan distribusi diharapkan akan menumbuhkan pelaku-pelaku ekonomi baru khususnya umat Islam  yang jauh lebih luas sehingga mampu menciptakan kesempatan kerja penuh.  Pada posisi ini, dipandang sudah saatnya umat bangkit dan serta merta menggalang potensi ekonomi yang berbasis keumatan dan sumberdaya lokal.  Terlalu lama, ekonomi bangsa ini dikuasai oleh hanya 163 konglomerat dengan share 76 persen dari PDB.  Dimana akibat yang diterima bangsa atas penguasaan ekonomi saat ini,  adalah pada terjadinya ketimpangan antar lapangan kehidupan, antar wilayah tempat tinggal, dan antar golongan pendapatan.

Bagaimana umat mensiasatinya?

Kita menyadari secara praksis, peranan negara dan pasar saat ini belum proporsional, tepat sasaran dan arif.  Kebijakan fiskal dan moneter belum menunjukkan keharmonisan, seringkali terjadi deferensisasi peran dan kepedulian disaat dituntut untuk memperbaiki ekonomi bangsa. Kita dorong agar kebijakan fiskal progresif dan meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan terpadu dengan kearifan kelembagaan lokal. Disisi lain, kebijakan tersebut perlu ditopang oleh kebijakan moneter yang tepat serta pergeseran sistem perbankan kearah pembiayaan mikro dan berbasis unit aktivitas ekonomi berdasarkan stimulus lokal.  Program pembiayaan mikro dan kredit usaha rakyat (KUR) yang telah dicanangkan sejak tanggal 5 Nopember 2007, yang notabene bersumber dari pendanaan bank-bank BUMN dan penjaminan melalui APBN perlu dimanfaatkan secara tepat dan produktif.

Disini, umat dapat mengambil posisi kreatif dan inovatif. Bagaimana dapat memanfaatkan peluang pembiayaan dan meningkatkan kompetensi dan skala usaha yang memadai dan efisien.  Penguasaan faktor-faktor ekonomi umat perlu dilakukan dengan ”rereongan”, dimana yang telah kuat dapat membuat jaringan ekonomi yang saling menguntungkan dan membangun nilai tambah bersama, sehingga yang lemah dapat mengambil peran aktif dan tidak terpinggirkan. ”Arif dan kasih sayang” itulah kata kunci yang perlu ditanamkan dalam membangun jaringan ekonomi keumatan. 

Share this article :

0 komentar:

 
Support : Tim Media PUI
Copyright © 2009. PUI - Persatuan Ummat Islam - All Rights Reserved