Headlines News :
Home » , , , , » Re-Design Kurikulum Pendidikan PUI

Re-Design Kurikulum Pendidikan PUI

Written By P U I on Kamis, Juni 27, 2013 | 8:08:00 PM

Langkah baik untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan institusi pendidikan PUI adalah melakukan Re-Design Kurikulum, paling tidak apabila ditinjau dari aspek manajemen dapat melakukan rencana-rencana strategik yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih luas – mengimplementasikan misi yang memberikan alasan khas keberadaan organisasi; dan rencana-rencana operasional yang menjadi penjabaran lebih terperinci bagaimana rencana-rencana strategik itu dapat dicapai. Ada tiga hal yang dapat penulis sampaikan untuk melakukan re-design kurikulum pendidikan PUI yaitu diversifikasi kurikulum pendidikan PUI, pengembangan Curriculum Content ke-PUI-an, dan menetapkan standar ukuran/nilai sekolah PUI.

Diversifikasi Kurikulum Pendidikan PUI

Untuk memperbaiki sistem pendidikan, secara organisatoris PUI harus melakukan pembenahan mulai dari organisasi tingkat pusat hingga ke tingkat satuan pendidikan. Pembenahan dimulai dengan memperhatikan diversifikasi kurikulum pendidikan PUI yang sangat kompleks. Persoalan diversifikasi kurikulum pendidikan PUI ini menyangkut persoalan kelembagaan, perbedaan sumberdaya setempat (financial & kualitas manusia), kemampuan manajemen, dan mutu siswa (input, proses, dan mutu output /lulusan)

1.Persoalan kelembagaan
Secara kelembagaan, karakter sekolah-sekolah PUI  meliputi pertama; sekolah yang didirikan dan dikelola oleh PUI, kedua; didirikan dan dikelola oleh yayasan anggota/keluarga besar PUI dan masih menerima muatan kurikulum ke-PUI-an, dan ketiga; didirikan dan dikelola oleh individu/masyarakat yang masih terkait dengan nilai-nilai khittoh perjuangan intisab sehinga pada saat-saat tertentu nilai-nilai intisab masih menjadi pembahasan atau dibacakan secara seremonial. Yang menjadi persoalan kita adalah sejauh mana aset investasi sumberdaya manusia PUI ini bisa dilembagakan menjadi sekolah-sekolah yang menerima dan mengembangkan kurikulum pendidikan ke-PUI-an untuk karakter yang kedua, atau paling tidak masih dibacakan teks intisab pada saat upacara bendera atau keagamaan serta Intisab PUI dan Ishlah ats-Tsamaniyah menjadi tema dari perjuangan dakwah PUI. Dan semestinya Disisi lain pun persoalan kelembagaan menyangkut kurang adanya hubungan komunikasi struktural dari pimpinan/pengurus PUI dengan pelaksana satuan pendidikan sehingga berdampak pada pudarnya rasa memiliki sebagai PUI.
     
2.Perbedaan sumberdaya setempat
Sumberdaya berperan penting dalam mengimplementasikan kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah PUI. Sumberdaya disini meliputi sumberdaya financial dan sumberdaya manusia. Keberagaman sumberdaya financial dan sumberdaya manusia akan berpengaruh pula pada kualitas dalam melaksanakan kurikulum pendidikan.  Sumberdaya yang baik tentunya akan memberikan mutu kurikulum pendidikan yang baik pula. Sehingga bagi sekolah-sekolah PUI yang memiliki cukup sumberdaya harus memiliki fasilitas perpustakaan dan laboratorium sebagai penunjang pelaksanaan kurikulum pendidikan.  Sedangkan sekolah-sekolah PUI yang kurang memiliki sumberdaya secara organisasi harus menjadi tanggung jawab pengurus pusat, wilayah, dan daerah paling tidak menyangkut pengawasan (controlling) dan pengarahan (directing) lebih-lebih pada aspek anggaran (budgeting) yang dapat dipergunakan untuk pengadaan fasilitas dan kualitas mutu pendidik. Keberagaman sumberdaya sekolah-sekolah PUI ini saatnya diatasi  dengan meningkatkan budaya mutu kurikulum pendidikan yang berkesinambungan baik mutu input, proses, output, maupun outcome.
 
3.Kemampuan Manajemen
Sekolah yang bermutu dapat dilihat dari aspek manajemen atau pengelolaan. Diversifikasi kemampuan manajemen di sekolah-sekolah PUI terutama manajemen sistem yang mencakup kemampuan konsep-konsep organisasi formal dan teknis, filosofis, dan sosiopsikologis. Dan diversifikasi kemampuan analisis sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, desain pekerjaan, pertanggungjawaban, sistem informasi, dan mekanisme perencanaan dan pengawasan. Keberagaman kemampuan manajemen ini bukan sesuatu yang stagnan tetapi harus dinamis melakukan perbaikan manajemen. Dan pada sekolah-sekolah PUI yang memiliki sistem manajemen yang baik harus diangkat menjadi sekolah model atau contoh bagi sekolah-sekolah PUI lainnya.
   
4.Mutu Siswa
Memperhatikan mutu siswa di sekolah-sekolah PUI memiliki diversifikasi atau keberagaman baik mutu input, mutu proses, maupun mutu outputnya. Keberagaman ini dilatarbelakangi oleh perbedaan kurikulum pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah PUI. Sehingga kita dapat berasumsi bahwa diantara sekolah-sekolah PUI ada   pada posisi competitive advantage (berkualitas dan dapat bersaing), investment/re-structuration (masih atau kemungkinan berkembang), pada posisi mobilization (keharusan mengerahkan segala potensi kekuatannya), dan kita katakana bersama tidak ada sekolah PUI yang berada pada posisi damage control (perlu pengawasan serius/dibubarkan). Keberagaman posisi sekolah-sekolah PUI ini berdampak pula pada aspek kurikulum pendidikan dalam menetapkan standar mutu siswa itu sendiri. Sekolah PUI yang berada pada posisi competitive advantage tentunya memiliki standar mutu input, mutu proses, dan mutu output yang lebih baik dibandingkan sekolah-sekolah PUI yang berada pada posisi restrukturisasi dan mobilisasi. Umumnya sekolah-sekolah PUI posisi restrukturisasi dan mobilisasi tidak memiliki input dari kalangan siswa yang kompeten secara akademik karena pihak sekolah lebih memilih kuantitas siswa dibandingkan mutu input yang siap menerima kurikulum pendidikan. Pengaruh berikutnya adalah siswa tidak menghasilkan mutu proses yang berkualitas ditinjau dari aspek evaluasi. Bahkan lebih dari itu mutu output/lulusan pun kurang siap bersaing ke/di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Keberagaman mutu siswa ini perlu diatasi dengan menempatkan penguasaan bahan ajar, keluasan dan pengelolaan bahan ajar per kelas dalam kurikulum, penempatan siswa sesuai potensinya, dan menciptakan budaya kompetitif.

Muatan Kurikulum  ke-PUI-an

Curriculum Content merupakan proses dan kecakapan dalam jenjang studi, hasil-hasil khusus, yang digambarkan dengan metode instruksi dan diukur dengan evaluasi. Content Curriculum ke-PUI-an menjadi bagian penting diterapkan di setiap jenjang sekolah PUI baik di RA/TK, MI/SD/MD, SMP/MTs., MA/SMA/SMK, Pesantren, dan perguruan tinggi PUI. Pilihan penuls Curriculum Content ke-PUI-an meliputi sejarah PUI, Intisab PUI, dan Ishlahuts Tsamaniyah yang apabila kita kategorikan sebagai berikut ini : 
1.RA/TK : membacakan intisab PUI secara bersama di hari Senen pada saat memasuki kelas atau pada saat perayaan hari besar keagamaan dan nasional. Hal ini akan menanamkan pengalaman belajar siswa terhadap nilai-nilai organisasi PUI
2.MI/SD/MD : membacakan intisab PUI sebagaimana RA/TK, yang kemudian ditambahkan dengan muatan pelajaran sejarah PUI. Pelajaran sejarah PUI akan menanamkan sikap siswa mengenal dan merasa menjadi bagian generasi penerus perjuangan dakwah PUI sebagaimana para pendahulunya. Pelajaran sejarah PUI diberikan mulai kelas III hingga VI pada semester pertama selama satu (1) jam pelajaran per minggu, kecuali MD dapat diberikan setiap semester.
3.MTs./SMP : membacakan intisab PUI sebagaiman MI/SD/MD, muatan sejarah PUI yang di dalamnya dimasukkan muatan-muatan dari tafsir intisab sebagai sistem penjelas dari model perjuangan dakwah PUI. Sesuai perkembangan peserta didik usia MTs./SMP ini telah memulai proses pemahaman secara kognitif dan afektif sehingga akan tertanam nilai-nilai dasar intisab. Pelajaran ini disampaikan dari kelas I hingga kelas III pada semester pertama selama satu (1) jam pelajaran per minggu.
4.MA/SMA/SMK : membacakan intisab sebagaimana tersebut atas. Muatan pelajaran sejarah PUI, yang di dalamnya terdapat materi khusus pembahasan tafsir intisab dan Ishlahuts-Tsamaniyah.  Indikasi pengalaman belajar ini akan membentuk karakter amal jama’i dalam kultur dan dakwah PUI dimana mereka siap memasuki usia dewasa. Pelajaran ini disampaikan dari kelas I hingga kelas III pada semester pertama selama satu (1) jam pelajaran per minggu.
5.PT PUI : membacakan intisab pada saat pelaksanaan kegiatan akademik,  kemahasiswaan, dan  wisuda.  Muatan mata kuliah yang diberikankan di PT  PUI  adalah ke PUI-an, yang mencakup di dalamnya sejarah PUI, tafsir intisab menjadi karakter dan motivasi dakwah PUI, dan tafsir Ishlahuts Tsamaniyah menjadi landasan teoritis,  konsepsional, dan operasional pedoman amaliah PUI. Mata kuliah ini perlu menekankan pada aspek nilai-nilai dasar perjuangan dakwah PUI sebagai organisasi masyarakat islam yang berkarya di sektor dakwah sebagaimana tertuang di Ishlahuts Tsamaniyah. Mata kulaih berbobot 2 SKS dan diberikan minimal di semester dua.

Kegaiatn-kegiatan lainnya yang dapat membentuk semangat ke-PUI-an bagi siswa dapat pula dilaksanakan dalam bentuk lain seperti pekan ukhuwah PUI, perkemahan PUI, perlombaan/pertandingan PUI, pameran kreasi siswa PUI, dan lain-lain apapun bentuknya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara nasional, wilayah, daerah, cabang, tingkat ranting ataupun tingkat satuan pendidikan baik itu jenjang RA/TK, MI/SD/MD, MTs./SMP, MA/SMA/SMK, pesantren, hingga perguruan tinggi PUI.   
              
Standar Ukuran Sekolah PUI

Standar ukuran/nilai sekolah PUI sudah saatnya menatap masa depan yang lebih kooperatif dan kompetitif dengan sekolah-sekolah yang lain. Sikap kooperatif dan kompetitif ini ditunjukkan dengan kemampuan menetapkan standar ukuran/nilai dari sekolah PUI itu sendiri diantaranya adalah :
1.Ilmiah ; sekolah PUI harus memiliki  disiplin teoritis dan konsepsional  menurut visi dan misi, professional, terampil, dan kompetitif.
2.Etika ; sekolah PUI harus membentuk masyarakat yang bermoral dan ramah lingkungan dimulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi.
3.Estetika ; sekolah PUI harus memposisikan diri sebagai masyarakat ilmiah yang dilandasi nilai-nilai keadaban dan keadilan. Nilai-nilai keadaban dan keadilan yang penulis maksudkan adalah khitoh intisab PUI harus menjadi parameter karakter sekolah PUI.  
4.Sosial ; sekolah PUI harus berpartisipasi aktif di tengah masyarakat dalam melakukan transformasi sosial baik dilakukan oleh sekolah, guru, bahkan siswa itu sendiri. Berpartisipasi aktif disini adalah bagaimana institusi pendidikan beserta guru dan murid secara bersama-sama membangun masyarakat dari yang statis menjadi dinamis, dari maksiat menjadi berakhlak mulia, serta memiliki peranan dakwah dalam sosial kemasyarakatan.
5.Religius ; sikap religius harus menjadi ukuran dari sekolah PUI. Sikap-sikap religius ini dapat ditunjukan dengan membentuk dan mengedepankan nilai-nilai akhlak islami, taat beribadah, tertib dan hidup berdampingan dengan masyarakat.
6.Ekonomi ; sekolah PUI terutama yang berada pada posisi competitive advantage harus mampu membangun kemampuannya untuk mengelola sumber keuangannya secara professional dari berbagai sumber pendapatan tidak hanya dari SPP semata. Dengan begitu sekolah PUI akan memiliki nilai ekonomis dan bernilai jasa pendidikan yang diterima masyarakat luas.
       

E. Hamzah Suaidi
Alumni Perguruan Pesantren
Darul Ulum PUI Majalengka

Share this article :

0 komentar:

 
Support : Tim Media PUI
Copyright © 2009. PUI - Persatuan Ummat Islam - All Rights Reserved