Headlines News :
Home » , , , , , » Jawa Barat Basis Gerakan Dakwah PUI

Jawa Barat Basis Gerakan Dakwah PUI

Written By P U I on Senin, Januari 03, 2011 | 5:08:00 PM

Persatuan Umat Islam (PUI) merupakan ormas yang berbasis di Jawa Barat. Dalam perkembangannya mengalami pasang surut. Padahal bila melihat aset lembaga pendidikan PUI, termasuk ormas yang paling banyak lembaga pendidikannya khususnya di Jawa Barat. Di tingkat wilayah, forum tertinggi pengambilan keputusan organisasi adalah Musyawarah Wilayah (Muswil). Pengurus Wilayah Jawa Barat saat ini dihasilkan dalam Muswil PUI yang berlangsung 25-26 Maret 2006 di Bandung. Setiap pelaksanaan Musywil, kita selalu berharap forum tersebut bukan sekadar memenuhi rutinitas konstitusi organisasi.Momentum Muswil PUI Jabar saat ini sangatlah strategis untuk membawa perubahan yang lebih baik.

Beban persoalan PUI yang paling banyak adalah di Jabar karena basis terbesarnya. PUI tidak bisa menutup mata terhadap persoalan yang dihadapi. Mulai dari pemahaman jati diri PUI,
komitmen SDM, pengokohan struktur, pendidikan, kejelasan aset-aset wakaf PUI, dll. PUI Jabar paling tidak pada kurun waktu 20 tahun terakhir belum terlihat perubahan yang mendasar dan signifikan pada setiap persoalan PUI. Periode H. Djadja Djahari saat ini
kegairahannya mulai terlihat. Tapi belum menyeluruh pada setiap pengurusnya. Prestasi di akhir periodenya, PUI telah memiliki sekretariat. Tetapi masih cukup banyak agenda PUI Jabar yang belum menyentuh pada persoalan inti PUI. Menghadapi kompleksnya persoalan
PUI, tidak cukup mengandalkan kekuatan personal saja, tapi harus ada kekuatan kerja kolektif (amal jama’i) dalam menyelesaikannya.

PUI Jabar ke Depan

Pasca reformasi, seharusnya menjadi peluang kegairahan PUI dalam pendidikan dan dakwahnya. Pengembangan dan pengokohan struktur PUI di tingkat Pengurus Cabang hingga Pengurus Wilayah Jabar, sudah harus memiliki agenda yang serius. Tanpa soliditas dan kekohan struktural akan sulit melakukan perubahan mendasar di PUI bahkan suatu hal utopis. Tanpa menyampingkan konsentrasi pada wilayah internal, respon eksternal juga layak menjadi agenda mendesak. Di tingkat eksternal, PUI Jabar juga diharapkan bisa menyahuti perkembangan otonomi daerah yang tengah berlangsung. Sebagai salah satu komponen masyarakat, PUI diharapkan dapat terlibat bersama berbagai kelompok masyarakat lainnya dalam mengawal otonomi daerah. Respon eksternal juga selayaknya dapat ditunjukkan dengan penyikapan berbagai fenomena aktual yang berkembang dan mencuat di wilayah Jabar, sepeti masih maraknya penyakit masyarakat (pekat) antara lain judi togel, narkoba, minuman keras, dan
sebagainya.

Kenapa respon eksternal ini perlu mendapat perhatian? Di sinilah nilai dakwah yang diemban PUI dapat diejawantahkan sebagai implementasi amar ma’ruf nahyi munkar yang teragendakan dalam Ishlahust Tsamaniyyah PUI. Kemampuan merespon problematika eksternal sangat tergantung dari kapasitas energi dan sumber daya internal yang dimiliki. Kesadaran
kolektif (amal jama’i) warga PUI menjadi kata kunci untuk mengembalikan kebangkitan PUI.

Pengembangan PUI secara nasional di antaranya juga sangat tergantung dari kokohnya soliditas SDM dan struktur PUI Jabar dan DKI Jakarta. Karena pengembangan wilayah dan daerah sangat tergantung kuantitas dan kualitas SDM yang dimiliki PUI. SDM PUI sejauh ini terkonsentrasi di Jabar. Antara PP, PW, PD seringkali tumpang tindih dalam pembagian
tugasnya. Sudah seharusnya pada tingkat PP, PUI mulai eksis dalam menjawab isu-isu nasional dan pengembangan wilayah. Begitu juga seterusnya pada struktur di bawahnya. PW PUI Jabar harus mulai fokus pada persoalan internal PUI. Sepertinya pada setiap Musywil merasa
cukup puas sebatas mendiskusikan agenda, tetapi belum mencapai pada aksi pemecahan masalah.

Secara personal, popularitas dan kemanfaatannya tokoh dan kader PUI, kiprahnya di luar PUI cukup eksis. Seharusnya eksistensi tersebut bisa teroptimalkan di PUI. Bukan PUI yang ditinggalkan atau pribadinya yang ditonjolkan, tetapi kemanfaatan dan keberadannya harus disinergikan secara optimal. Tentunya, potensi itu semua, perlu kemauan yang kuat
untuk membagi waktu dalam merealisasikannya.

Dr. Adian Husaini dalam artikelnya memberi masukan pada Musyawarah Besar 2004 Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII). ”DDII ke depan tidak bisa berpikir dan bekerja ’biasa-biasa’ saja, apalagi di bawah standar. Mereka harus berpikir ’luar biasa’, maka bukan tidak mungkin 15 tahun lagi, generasi baru muslim akan melihat sebuah ’museum dakwah’ bernama DDII”, menurut Husaini. Masukan ini terasa penting mengingat DDII pasca kepemimpinan M. Natsir dan Anwar Harjono mulai mengalami degradasi secara gradual. Peringatan tersebut tepat
dijadikan cambuk dan renungan untuk PUI. Problem DDII sebetulnya tidak jauh berbeda dengan PUI, bahkan PUI jauh lebih kompleks. Mulai aspek kaderisasi, SDM, pendidikan, kejelasan asset wakaf PUI, dll. Semangat yang kuat untuk perubahan harus menjadi agenda bersama, tanpa ini PUI akan sulit untuk bangkit kembali atau hanya sekadar warisan sejarah.

Sebuah organisasi menjadi sangat penting menjadikan wacana perubahan sebagai semangat gerakannya. Wacana perubahan ini tengah melanda berbagai institusi di dunia, seperti perusahaan (corporate), pemerintah (government). Semangat yang sama seharusnya dapat diadopsi oleh ormas-ormas yang ada. Dengan kata lain, menciptakan kultur organisasi pembelajar akan terasa penting menghadapi berbagai tantangan globalisasi. Memasuki era digital akan menjadikan kita berkembang pesat atau mundur ditinggalkan sekadar menjadi fosil
sejarah. Tokoh-tokoh PUI khususnya pada tingkat daerah sudah cukup banyak yang telah memenuhi panggilan Allah. PUI di tingkat daerah sudah harus secepatnya mulai menyiapkan dan menyegarkan estafet kepengurusan. Sebuah organisasi dapat dikatakan sehat jika dia dapat
melakukan metabolisme (pergantian) kepemimpinan secara sehat dan teratur.

PUI perlu mengaktualisasikan jati dirinya. Konsep jati diri PUI harus mampu mengantisipasi dan menangkap peluang perubahan zaman. Konsekuensi perubahan seringkali disalahpahami, bahkan mendapat tantangan. Sebagaimana negeri ini, ketika reformasi bergulir dan perubahan itu menjadi agenda bersama, status quo mengalami kepanikan untuk menerima perubahan itu. Insya Allah PUI sebagai organisasi gerakan dakwah, selalu meyakini bahwa dinamika perubahan di PUI harus selalu hidup. Perubahan untuk melakukan inovasi-inovasi baru. Kerja-kerja organisasi dakwah modern, harus mampu meramu tantangan dan peluang menjadi energi kebangkitan PUI. Musywil PUI Jabar kali ini tentu berbeda dengan Musywil sebelumnya. Warga PUI Jabar telah lama menanti akan dibawa ke mana perubahan PUI. Negeri ini telah melakukan reformasi yang sangat mendasar dari mulai sistem undang-undang, politik, sosial, ekonomi, dll. PUI akan bersama-sama mengikuti arah perubahan ini atau ditingggalkan oleh perubahan?Semoga tidak.
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Tim Media PUI
Copyright © 2009. PUI - Persatuan Ummat Islam - All Rights Reserved