REPUBLIKA Minggu, 26 Juli 2009 pukul 01:54:00
Peringatan satu abad ini diharapkan makin mempertegas peran PUI dalam mengembangkan kemaslahatan umat.
JAKARTA--Rangkaian kegiatan untuk memperingati satu abad Persatuan Umat Islam (PUI) mulai bergulir. Hari ini, Ahad (26/7), organisasi kemasyarakatan (ormas) tersebut akan menggelar acara bertajuk Menyongsong Satu Abad PUI di Grha Bhayangkara, Jl Cicendo No 329, Bandung.
Ketua Umum PUI yang juga Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, berkesempatan menyampaikan orasi dalam kegiatan tersebut. Dalam acara ini, PUI memberi tempat yang istimewa terhadap peran ulama dalam membangun bangsa.
Menurut Heryawan, kehadiran ulama selalu diperlukan pada setiap zamannya. Bukan hanya berkontribusi dalam perubahan sosial, dia menilai, ulama juga berperan penting bagi bangsa Indonesia. ''Bahkan, sejak masa kemerdekaan, kita sudah mengakui ulama memiliki peran heroik dalam menggelorakan semangat perjuangan melawan penjajah,'' kata Heryawan.
Dalam kunjungannya ke kantor Republika, Jumat (24/7), Heryawan mengungkapkan, saat ini PUI juga ikut ambil peran dalam menyukseskan pendidikan masyarakat. ''Saat ini, PUI memiliki 1.500 sekolah,'' jelasnya. Dan, sebagian besar sekolah milik PUI itu, kata dia, merupakan pendidikan madrasah ibtidaiyah (SD) dan diniyah.
Selama ini, ujar Heryawan, PUI lebih banyak berperan di wilayah Jawa Barat. Di masa mendatang, dia berharap organisasi tersebut bisa berperan di wilayah yang lebih luas. Momentum peringatan satu abad ini diharapkannya bisa mendorong PUI untuk bisa berkiprah di tingkat nasional.
Peringatan satu abad PUI ini didasarkan pada kehadiran Majelis Ilmi pada 1911 di Majalengka. Lembaga tersebut menjadi cikal bakal berdirinya PUI.
Ketua Panitia Peringatan Satu Abad PUI, Nurhasan Zaidi, mengungkapkan, kiprah dan peran PUI serta tokoh-tokoh pendirinya selama perjuangan untuk merebut kemerdekaan RI telah nyata dirasakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Pendiri PUI, KH Abdul Halim, yang juga ulama pituin Sunda pun telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono.
Nurhasan menjelaskan, PUI merupakan organisasi yang lahir dari hasil fusi (penyatuan) dua organisasi besar, yakni Perserikatan Umat Islam (PUI) dan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Perserikatan Umat Islam berpusat di Majalengka yang dipimpin KH Abdul Halim. Sedangkan, PUII dipimpin KH Ahmad Sanusi dan berpusat di Sukabumi. Kedua ulama besar itu mendeklarasikan Persatuan Umat Islam (PUI) di Bogor pada 5 April 1952.
Ormas hasil fusi ini, tutur dia, kemudian menjalankan kegiatannya di berbagai bidang, seperti pendidikan, sosial, kesehatan masyarakat, ekonomi, dan dakwah. ''Bahkan, ormas ini sekarang telah merintis kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),'' ungkap dia.
Sejak awal berdiri, kata Nurhasan, PUI mengampanyekan arti pentingnya persatuan dan kesatuan antara sesama umat (wihdatul ummah) dan antarkomponen masyarakat Indonesia.
Nurhasan yang juga ketua umum Pemuda PUI ini menambahkan, di usianya yang ke-100 ini, PUI akan menggiatkan introspeksi sekaligus mendesain ulang perannya sesuai dengan semangat zaman. Langkah tersebut dinilainya penting untuk memberi kemaslahatan umat Islam dan bangsa Indonesia dalam satu abad ke depan, khususnya di bidang pendidikan.
Saat ini, tambahnya, PUI sebenarnya sudah memiliki anggota yang tersebar di seluruh nusantara. Dia mengungkapkan, PUI sudah memiliki anggota di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Lampung, Sumatra Selatan, serta Sumatra Utara. Sebagian anggota PUI ada juga yang berada di Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Bali.
Namun demikian, Nurhasan mengakui bahwa saat ini nama PUI lebih terdengar sebagai ormas lokal Jawa Barat. Karena itu, dia menilai, langkah untuk membentuk citra PUI sebagai ormas yang bersifat nasional menjadi memiliki makna yang sangat penting dalam peringatan satu abad ini.
Peringatan satu abad ini diharapkan makin mempertegas peran PUI dalam mengembangkan kemaslahatan umat.
JAKARTA--Rangkaian kegiatan untuk memperingati satu abad Persatuan Umat Islam (PUI) mulai bergulir. Hari ini, Ahad (26/7), organisasi kemasyarakatan (ormas) tersebut akan menggelar acara bertajuk Menyongsong Satu Abad PUI di Grha Bhayangkara, Jl Cicendo No 329, Bandung.
Ketua Umum PUI yang juga Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, berkesempatan menyampaikan orasi dalam kegiatan tersebut. Dalam acara ini, PUI memberi tempat yang istimewa terhadap peran ulama dalam membangun bangsa.
Menurut Heryawan, kehadiran ulama selalu diperlukan pada setiap zamannya. Bukan hanya berkontribusi dalam perubahan sosial, dia menilai, ulama juga berperan penting bagi bangsa Indonesia. ''Bahkan, sejak masa kemerdekaan, kita sudah mengakui ulama memiliki peran heroik dalam menggelorakan semangat perjuangan melawan penjajah,'' kata Heryawan.
Dalam kunjungannya ke kantor Republika, Jumat (24/7), Heryawan mengungkapkan, saat ini PUI juga ikut ambil peran dalam menyukseskan pendidikan masyarakat. ''Saat ini, PUI memiliki 1.500 sekolah,'' jelasnya. Dan, sebagian besar sekolah milik PUI itu, kata dia, merupakan pendidikan madrasah ibtidaiyah (SD) dan diniyah.
Selama ini, ujar Heryawan, PUI lebih banyak berperan di wilayah Jawa Barat. Di masa mendatang, dia berharap organisasi tersebut bisa berperan di wilayah yang lebih luas. Momentum peringatan satu abad ini diharapkannya bisa mendorong PUI untuk bisa berkiprah di tingkat nasional.
Peringatan satu abad PUI ini didasarkan pada kehadiran Majelis Ilmi pada 1911 di Majalengka. Lembaga tersebut menjadi cikal bakal berdirinya PUI.
Ketua Panitia Peringatan Satu Abad PUI, Nurhasan Zaidi, mengungkapkan, kiprah dan peran PUI serta tokoh-tokoh pendirinya selama perjuangan untuk merebut kemerdekaan RI telah nyata dirasakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Pendiri PUI, KH Abdul Halim, yang juga ulama pituin Sunda pun telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono.
Nurhasan menjelaskan, PUI merupakan organisasi yang lahir dari hasil fusi (penyatuan) dua organisasi besar, yakni Perserikatan Umat Islam (PUI) dan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Perserikatan Umat Islam berpusat di Majalengka yang dipimpin KH Abdul Halim. Sedangkan, PUII dipimpin KH Ahmad Sanusi dan berpusat di Sukabumi. Kedua ulama besar itu mendeklarasikan Persatuan Umat Islam (PUI) di Bogor pada 5 April 1952.
Ormas hasil fusi ini, tutur dia, kemudian menjalankan kegiatannya di berbagai bidang, seperti pendidikan, sosial, kesehatan masyarakat, ekonomi, dan dakwah. ''Bahkan, ormas ini sekarang telah merintis kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),'' ungkap dia.
Sejak awal berdiri, kata Nurhasan, PUI mengampanyekan arti pentingnya persatuan dan kesatuan antara sesama umat (wihdatul ummah) dan antarkomponen masyarakat Indonesia.
Nurhasan yang juga ketua umum Pemuda PUI ini menambahkan, di usianya yang ke-100 ini, PUI akan menggiatkan introspeksi sekaligus mendesain ulang perannya sesuai dengan semangat zaman. Langkah tersebut dinilainya penting untuk memberi kemaslahatan umat Islam dan bangsa Indonesia dalam satu abad ke depan, khususnya di bidang pendidikan.
Saat ini, tambahnya, PUI sebenarnya sudah memiliki anggota yang tersebar di seluruh nusantara. Dia mengungkapkan, PUI sudah memiliki anggota di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Lampung, Sumatra Selatan, serta Sumatra Utara. Sebagian anggota PUI ada juga yang berada di Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Bali.
Namun demikian, Nurhasan mengakui bahwa saat ini nama PUI lebih terdengar sebagai ormas lokal Jawa Barat. Karena itu, dia menilai, langkah untuk membentuk citra PUI sebagai ormas yang bersifat nasional menjadi memiliki makna yang sangat penting dalam peringatan satu abad ini.
0 komentar:
Posting Komentar