بِسْمِ الله
الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْم
MAKLUMAT
DEWAN PENGURUS
PUSAT PERSATUAN UMMAT ISLAM (PUI)
Tentang :
PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1434
H.
Allah SWT. berfirman :
هُوَ الَّذِى جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا
وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَ مَاخَلَقَ
الله ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْأَيَتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُوْنَ
"Dia-lah
yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang Mengetahui". (QS. Yunus; 5)
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا الله عَلَى مَاهَدَىكُمْ
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya
kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah; 185)
Hadist Nabi Saw. :
لاَتَصُوْمُوْا
حَتىَّ تَرَوُا الهِلاَلَ وَلاَ تُفْطِرُوْا حَتىَّ تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ
عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوْالَهُ
"Janganlah
kalian berpuasa sehingga melihat hilal dan jangan pula mengakhiri puasa
sehingga melihat hilal. Jika hilal tidak terlihat atas kalian maka
sempurnakanlah bilangannya". (HR. Bukhari Muslim dari Ibnu Umar)
إِذَا رَأَيْتُمُ
الْهِلاَلَ فَصُوْمُوْا وَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَأَفْطِرُوْ فَإِنْ غُمَّ
عَلَيْكُمْ فَصُوْمُوْا ثَلاَثِيْنَ يَوْمًا
"Jika kalian telah melihat hilal maka berpuasalah
dan jika kalian sudah melihat hilal maka berhari rayalah. Jika hilal tidak
terlihat atas kalian maka berpuasalah kalian 30 hari" (HR. Bukhari Muslim
dari Abu Hurairah)
Berdasarkan dalil-dalil yang ada dan hasil hisab Badan
Hisab dan Rukyat Dewan Pengurus Pusat PERSATUAN UMMAT ISLAM (PUI) serta merujuk
kepada keputusan Fatwa MUI No. 02 tahun 2004. Maka dengan ini Dewan Pengurus
Pusat PERSATUAN UMMAT ISLAM (PUI) menyampaikan maklumat sebagai berikut:
A.
Mengawali Ramadhan dan
mengakhirinya dapat dilakukan 3 cara yaitu: 1. Ru’yatul Hilal bil Fi’li
(melihat hilal langsung), 2.Ikhbar (informasi akurat dari orang terpercaya dan
ahlinya), 3. Istikmal (menggenapkan hitungan bulan sya’ban 30 hari).
B.
Dalam penetapkan awal Ramadhan pada
saat ini ada 2 pendapat yang berkembang yaitu: ada yang berpedoman pada ru’yah
dan ada yang berpedoman pada hisab yakni hisab hakiki wujudul hilal. Kedua
pihak sama-sama mempunyai dalil dan pedoman yang tidak mesti dipertentangkan
apalagi dipersalahkan.
C.
Dalam hal ini DPP PUI menggabungkan
kedua pendekatan di atas (ru’yat dan hisab).
D.
Awal Ramadhan 1434 H.
1.
Ijtima’ (akhir sya’ban) menjelang
Ramadhan 1434 H., jatuh pada hari Senin tanggal 8 Juli 2013 M., bertepatan
dengan tanggal 29 Sya’ban 1434 H., pukul 14.14 WIB.
2. Tinggi hilal pada saat matahari terbenam/magrib:
0045’58” (ghairu imkanurru’yah) maka Sya’ban 1434 H.
digenapkan/ diistikmalkan 30 hari.
3. Penetapan resmi 1 Ramadhan 1434 H.
dilakukan dengan ketetapan menteri agama berdasarkan keputusan sidang istbat.
E. Diserukan kepada seluruh keluarga
besar PUI dan seluruh kaum muslim untuk menjunjung tinggi syi’ar Ramadhan
dengan semangat ukhuwah islamiyah dan persatuan ummat islam. Dengan tidak
mempermasalahkan perbedaan tersebut diatas.
Demikian
maklumat ini kami sampaikan, untuk dijadikan pedoman bagi seluruh keluarga
besar Pesatuan Ummat Islam (PUI) khususnya, serta kaum muslimin dan muslimat
pada umumnya dalam menghadapi bulan suci Ramadhan 1434 H.
Jakarta, 17
Sya'ban 1434 H. / 26 Juni 2013 M.
BADAN HISAB DAN RUKYAT DPP PUI,
ttd.
K.H. Drs.
Sulhan, MA.
Ketua
Mengetahui,
Dewan Pengurus Pusat
PERSATUAN UMMAT ISLAM (PUI)
ttd. ttd.
H. Nurhasan
Zaidi H.
Ahmadie Thaha
Ketua Umum Sekretaris Jenderal
0 komentar:
Posting Komentar