MEDAN, KOMPAS.com — Kertas karton, tutup botol, plastik, kotak korek api, serta berbagai bahan bekas lain yang selama ini dibuang karena dianggap tidak bermanfaat ternyata bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Pusat Sumber Belajar dan Teknologi Kependidikan dan Sumber Kurikulum (PSBTK-SK) Universitas Negeri (USU), Medan, Sumatera Utara, Dr Binari Manurung, MSi, di Medan, Senin (25/5).
Binari mengatakan, banyak upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia mulai tingkat TK hingga perguruan tinggi. Upaya tersebut mulai dari melengkapi sarana dan prasarana sekolah seperti laboratorium, menatar para guru, memberikan beasiswa pada siswa dan guru, sampai peningkatan peranan orangtua dalam membenahi sekolah lewat komite sekolah.
Cara lain tidak kalah pentingnya adalah mengoptimalkan penggunaan media pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu diyakini Binari dapat meningkatkan mutu pendidikan.
"Dengan penggunaan media tersebut, pesan yang disampaikan oleh pendidik dapat lebih mudah dimengerti atau dipahami oleh peserta didik," kata Binari. Dia menambahkan, salah satu media pembelajaran yang dapat dipakai agar dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memanfaatkan berbagai barang bekas yang perlu lebih dioptimalkan.
Hanya saja, kata Binari, untuk lebih mengoptimalkan media pembelajaran dari barang bekas tersebut dibutuhkan kreativitas dan keinginan para pendidik untuk mencari, menemukan, dan mengembangkannya.
"Di sinilah dibutuhkan kreativitas guru untuk menciptakannya. Berbekal pengalamannya selama ini sebagai tenaga pendidik, hal itu tentunya tidaklah begitu sulit," katanya.
18 model aneka barang bekas
Menurut Binari, media yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi pelajaran tidaklah harus yang modern, mahal, dan buatan pabrik. Media sederhana dan murah terbuat dari bahan bekas atau sisa pakai yang ada dan tersedia di lingkungan masing-masing pun bisa dimanfaatkan.
"Paling tidak sedikitnya ada 18 model dari aneka barang bekas sisa pakai itu yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar," katanya. Sebutlah, Binari mencontohkan, botol, gelas plastik, dan kantong plastik yang dapat digunakan sebagai pengganti peralatan laboratorium. Alat-alat tersebut bisa digunakan sebagai alat percobaan atau praktikum yang mudah dan murah.
Tutup botol bekas, misalnya, baik yang terbuat dari plastik maupun logam dari berbagai ukuran dan warna dapat digunakan untuk klasifikasi jenis. Dengan bahan bekas sisa ini, tambah Binari, peserta didik dapat dilatih dalam menggolong-golongkan benda menurut ukuran dan warnanya.
Begitu juga dengan bola lampu bekas yang dapat dipakai untuk penunjukan pemuaian zat cair. Caranya, isi penuh bola lampu tersebut dengan air, lalu tutup bola lampu dengan gabus berlubang. Masukkan pipet bekas ke dalam lubang gabus tersebut. Alhasil, bila bola lampu dipanaskan di atas api, seketika akan terlihat air naik melalui pipa pengisap tersebut.
Bahkan, jelas Binari, masih banyak contoh lain pemanfaatan barang bekas untuk proses belajar mengajar. Batang arang baterai, karton tempat telur, tusuk gigi atau bola plastik, misalnya.
"Kemauan dari guru untuk mencari model-model lain sangat dibutuhkan hingga di masa mendatang, sehingga lebih banyak lagi media pembelajaran dari bahan bekas yang bisa dimanfaatkan," katanya.
Binari mengatakan, banyak upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia mulai tingkat TK hingga perguruan tinggi. Upaya tersebut mulai dari melengkapi sarana dan prasarana sekolah seperti laboratorium, menatar para guru, memberikan beasiswa pada siswa dan guru, sampai peningkatan peranan orangtua dalam membenahi sekolah lewat komite sekolah.
Cara lain tidak kalah pentingnya adalah mengoptimalkan penggunaan media pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu diyakini Binari dapat meningkatkan mutu pendidikan.
"Dengan penggunaan media tersebut, pesan yang disampaikan oleh pendidik dapat lebih mudah dimengerti atau dipahami oleh peserta didik," kata Binari. Dia menambahkan, salah satu media pembelajaran yang dapat dipakai agar dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memanfaatkan berbagai barang bekas yang perlu lebih dioptimalkan.
Hanya saja, kata Binari, untuk lebih mengoptimalkan media pembelajaran dari barang bekas tersebut dibutuhkan kreativitas dan keinginan para pendidik untuk mencari, menemukan, dan mengembangkannya.
"Di sinilah dibutuhkan kreativitas guru untuk menciptakannya. Berbekal pengalamannya selama ini sebagai tenaga pendidik, hal itu tentunya tidaklah begitu sulit," katanya.
18 model aneka barang bekas
Menurut Binari, media yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi pelajaran tidaklah harus yang modern, mahal, dan buatan pabrik. Media sederhana dan murah terbuat dari bahan bekas atau sisa pakai yang ada dan tersedia di lingkungan masing-masing pun bisa dimanfaatkan.
"Paling tidak sedikitnya ada 18 model dari aneka barang bekas sisa pakai itu yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar," katanya. Sebutlah, Binari mencontohkan, botol, gelas plastik, dan kantong plastik yang dapat digunakan sebagai pengganti peralatan laboratorium. Alat-alat tersebut bisa digunakan sebagai alat percobaan atau praktikum yang mudah dan murah.
Tutup botol bekas, misalnya, baik yang terbuat dari plastik maupun logam dari berbagai ukuran dan warna dapat digunakan untuk klasifikasi jenis. Dengan bahan bekas sisa ini, tambah Binari, peserta didik dapat dilatih dalam menggolong-golongkan benda menurut ukuran dan warnanya.
Begitu juga dengan bola lampu bekas yang dapat dipakai untuk penunjukan pemuaian zat cair. Caranya, isi penuh bola lampu tersebut dengan air, lalu tutup bola lampu dengan gabus berlubang. Masukkan pipet bekas ke dalam lubang gabus tersebut. Alhasil, bila bola lampu dipanaskan di atas api, seketika akan terlihat air naik melalui pipa pengisap tersebut.
Bahkan, jelas Binari, masih banyak contoh lain pemanfaatan barang bekas untuk proses belajar mengajar. Batang arang baterai, karton tempat telur, tusuk gigi atau bola plastik, misalnya.
"Kemauan dari guru untuk mencari model-model lain sangat dibutuhkan hingga di masa mendatang, sehingga lebih banyak lagi media pembelajaran dari bahan bekas yang bisa dimanfaatkan," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar